Soeharto dikenal sebaga
satu-satunya Presiden di Indonesia yang memiliki masa jabatan terlama yaitu
sekitar 32 Tahun. Dikenal dengan sebutan "Bapak Pembangunan",
Soeharto di bawah pemerintahannya sukses mengantarkan Indonesia menjadi negara
Swasembada dimana sektor dibidang pertanian amat berkembang dengan pesatnya
melalui Program Rapelitanya. Tulisan kali ini akan mengulas tentang profil
kehidupan atau biografi presiden Soeharto. Mantan Presiden Indonesia kedua ini
dilahirkan di Kemusuk, Yogyakarta pada tanggal 8 Juni 1921 dari rahim seorang
ibu yang bernama Sukirah dan ayah beliau yang merupakan seorang pembantu lurah
dalam bidang pengairan sawah dan juga sekaligus seorang petani yang bernama
Kertosudiro. Ketika berumur delapan tahun Soeharto mulai bersekolah tetapi ia
sering berpindah-pindah sekolah. Awalnya ia sekolah di Sekolah Desa (SD)
Puluhan, Godean kemudian ia pindah ke SD Pedes dikarenakan keluarganya pindah
ke Kemusuk, Kidul. Setelah itu kemudian ayahnya Kertosudiro memindahkan
Soeharto ke Wuryantoro. Beliau kemudian dititipkn dan tinggal bersama
Prawirohardjo seorang mantri Tani yang menikah dengan adik perempuan Soeharto.
Ditahun 1941 tepatnya
di Sekolah Bintara, Gombong di Jawa Tengah, Soeharto terpilih sebagai Prajurit
Telatan, sejak kecil ia memang bercita-cita menjadi seorang tentara atau
militer. kemudian pada tanggal 5 Oktober 1945 setelah Indonesia merdeka,
Soeharto kemudian resmi menjadi anggota TNI. Setelah itu kemudian Soeharto
menikahi Siti Hartinah atau Ibu Tien yang merupakan anak seorang Mangkunegaran
pada tanggal 27 Desember 1947 dimana usia Soeharto etika itu 26 tahun dan Siti
Hartinah atau Ibu Tien berusia 24 tahun. Dari pernikahannya kemudian ia
dikarunia enam orang anak yaitu Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto,
Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti
Hutami Endang Adiningsih.
Jalan panjang dan
berliku dilalui Soeharto ketika merintis karier militer dan juga karier
politiknya. Dalam bidang militer Soeharto memulainya dengan pangkat sersan
tentara KNIL, dari situ ia kemudian menjadi Komandan PETA pada zaman penjajahan
Jepang, setelah itu ia menjabat sebagai komandan resimen berpangkat mayor
kemudian menjabat komandan batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel.
Sejarah bangsa
Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peristiwa yang dikenal sebagai Serangan
Umum 1 Maret 1949, itu merupakan peristiwa yang menjadi catatan penting dalam
sejarah bangsa ketika resmi merdeka dari penjajahan bangsa Belanda selama tiga
setengah abad. Banyak versi mengatakan bahwa Peranan Soeharto ketika merebut
Yogyakarta yang waktu itu sebagai Ibukota Republik Indonesia dalam Serangan
Umum 1 Maret tidak bisa dipisahkan. Tujuan dari serangan umum 1 Maret adalah
menunjukan pada dunia internasional tentang eksistensi dari TNI (Tentara
Nasional Indonesia) ketika itu dalam membela Bangsa Indonesia. Dalam
kepemimpinannya, Soeharto berhasil merebut kota Yogyakarta dari cengkraman
penjajah Belanda pada waktu itu. Pada waktu itu beliau juga menjadi pengawal
dari Panglima Besar Jendral Sudirman. Dalam operasi pembebasan Irian Barat dari
tangan Belanda ketika itu beliau yang menjadi panglima Mandala yang dipusatkan
di Makassar.
Ketika peristiwa
G-30-S/PKI meletus pada tanggal 1 Oktober 1965, Soeharto kemudian bergerak
cepat mengambil alih kendali pimpinan Angkatan Darat ketika itu dan kemudian
mengeluarkan perintah yang cepat untuk mengatur dan mengendalikan keadaan
negara yang kacau akibat dari kudeta oelh PKI. Setelah peristiwa G-30-S/PKI,
Soeharto kemudian menjabat sebagai Panglima Angkatan Darat menggantikan Jendral
Ahmad Yani yang gugur di tangan PKI. Selain sebagai Panglima Angkatan Darat,
Soeharto juga menjabat sebagai Pangkopkamtib yang ditunjuk oleh Presiden
Soekarno pada waktu itu. Puncak karier Soeharto ketika ia menerima Surat
Perintah Sebelas Maret atau yang dikenal sebagai "Supersemar" oelh
Presiden Soekarno pada bulan maret 1966 dimana tugasnya adalah mengendalikan
keamanan dan juga ketertiban negara yang kacau setelah kudeta yang dilakukan
oleh PKI dan mengamalkan ajaran Besar Revolusi Bung Karno.
Setelah peristiwa
G-30-S/PKI keadaan politik dan juga pemerintahan Indonesia makin memburuk,
kemudian pada bulan maret 1967 dalam sidang istimewa MPRS yang kemudian
menunjuk Soeharto sebagai Presiden Kedua Republik Indonesia yang menggantikan
Presiden Soekarno, dimana pengukuhan dilakukan pada Maret 1968. Masa
pemerintahan presiden Soeharto dikenal dengan masa Orde Baru dimana kebijakan
politik baik dalam dan luar negeri diubah oleh Presiden Soeharto. Salah satunya
adalah kembalinya Indonesia sebagai anggota PBB (Perserikatan Bangsa Bansa)
pada tanggal 28 September 1966 setelah sebelumnya pada masa Soekarno, Indonesia
keluar sebagai anggota PBB.
Pada tahap awal,
Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Pengucilan politik dilakukan terhadap
orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Sanksi kriminal
dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk mengadili pihak
yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak. Pengadilan digelar dan
sebagian dari mereka yang terlibat "dibuang" ke Pulau Buru bahkan
sebagian yang terkait atau masih pendukung dari Partai PKI dihabisi dengan cara
dieksekusi massal di hutan oleh militer pada waktu itu. Program pemerintah
Soeharto diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional, terutama
stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Yang dimaksud dengan stabilisasi ekonomi
berarti mengendalikan inflasi agar harga barang-barang tidak melonjak terus.
Dan rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan secara fisik sarana dan prasarana
ekonomi. Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi berencana
yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya masyarakat
adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Program stabilsasi ini
dilakukan dengan cara membendung laju inflasi. Dan pemerintahan Soeharto
berhasil membendung laju inflasi pada akhir tahun 1967-1968, tetapi harga bahan
kebutuhan pokok naik melonjak. Sesudah dibentuk Kabinet Pembangunan pada bulan
Juli 1968, pemerintah mengalihkan kebijakan ekonominya pada pengendalian yang
ketat terhadap gerak harga barang khususnya sandang, pangan, dan kurs valuta
asing. Sejak saat itu ekonomi nasional relatif stabil
Setelah berhasil
memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia, maka langkah selanjutnya yang
ditempuh pemerintah Orde Baru adalah melaksanakan pembangunan nasional.
Pembangunan nasional yang diupayakan pemerintah waktu itu direalisasikan
melalui Pembangunan Jangka pendek dan Pembangunan Jangka Panjang. Pambangunan
Jangka Pendek dirancang melalui Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Setiap Pelita
memiliki misi pembangunan dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan
masyarakat Indonesia. Sedangkan Pembangunan Jangka Panjang mencakup periode
25-30 tahun. Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan
Negara. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam upaya mewujudkan tujuan
nasional yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945.
Pada masa orde baru,
pemerintah menjalankan kebijakan yang tidak mengalami perubahan terlalu
signifikan selama 32 tahun. Dikarenakan pada masa itu pemerintah sukses
menghadirkan suatu stablilitas politik sehingga mendukung terjadinya stabilitas
ekonomi. Karena hal itulah maka pemerintah jarang sekali melakukan
perubahan-perubahan kebijakan terutama dalam hal anggaran negara. Pada masa
pemerintahan orde baru, kebijakan ekonominya berorientasi kepada pertumbuhan
ekonomi. Kebijakan ekonomi tersebut didukung oleh kestabilan politik yang
dijalankan oleh pemerintah. Hal tersebut dituangkan ke dalam jargon kebijakan
ekonomi yang disebut dengan Trilogi Pembangungan, yaitu stabilitas politik,
pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan pemerataan pembangunan. Dari keberhasilannya
inilah sehingga Presiden Soeharto kemudian disebut sebagai "Bapak
Pembangunan".
Titik kejatuhan
Soeharto, ketika pada tahun 1998 dimana masa tersebut merupakan masa kelam bagi
Presiden Soeharto dan masuknya masa reformasi bagi Indonesia, Dengan besarnya
demonstrasi yang dilakukan oleh Mahasiswa serta rakyat yang tidak puas akan
kepemimpinan Soeharto serta makin tidak terkendalinya ekonomi serta stabilitas
politik Indonesia maka pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.05 WIB Pak Harto
membacakan pidato "pernyataan berhenti sebagai presiden RI” setelah
runtuhnya dukungan untuk dirinya. Soeharto telah menjadi presiden Indonesia
selama 32 tahun. Sebelum dia mundur, Indonesia mengalami krisis politik dan
ekonomi
dalam 6 sampai 12 bulan
sebelumnya. BJ Habibie melanjutkan setidaknya setahun dari sisa masa
kepresidenannya sebelum kemudian digantikan oleh Abdurrahman Wahid pada tahun
1999. Kejatuhan Suharto juga menandai akhir masa Orde Baru, suatu rezim yang
berkuasa sejak tahun 1968 atau selama 32 Tahun.
Presiden RI Kedua HM
Soeharto wafat pada pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008. Jenderal Besar
yang oleh MPR dianugerahi penghormatan sebagai Bapak Pembangunan Nasional, itu
meninggal dalam usia 87 tahun setelah dirawat selama 24 hari (sejak 4 sampai 27
Januari 2008) di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta. Berita wafatnya
Pak Harto pertama kali diinformasikan Kapolsek Kebayoran Baru, Kompol. Dicky
Sonandi, di Jakarta, Minggu (27/1). Kemudian secara resmi Tim Dokter
Kepresidenan menyampaikan siaran pers tentang wafatnya Pak Harto tepat pukul
13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008 di RSPP Jakarta akibat kegagalan multi organ.
Kemudian sekira pukul
14.40, jenazah mantan Presiden Soeharto diberangkatkan dari RSPP menuju
kediaman di Jalan Cendana nomor 8, Menteng, Jakarta. Ambulan yang mengusung
jenazah Pak Harto diiringi sejumlah kendaraan keluarga dan kerabat serta
pengawal. Sejumlah wartawan merangsek mendekat ketika iring-iringan kendaraan
itu bergerak menuju Jalan Cendana, mengakibatkan seorang wartawati televisi
tertabrak.
Di sepanjang jalan
Tanjung dan Jalan Cendana ribuan masyarakat menyambut kedatangan iringan
kendaraan yang membawa jenazah Pak Harto. Isak tangis warga pecah begitu
rangkaian kendaraan yang membawa jenazah mantan Presiden Soeharto memasuki Jalan
Cendana, sekira pukul 14.55, Minggu (27/1).
Sementara itu, Presiden
RI Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah
menteri yang tengah mengikuti rapat kabinet terbatas tentang ketahanan pangan,
menyempatkan mengadakan jumpa pers selama 3 menit dan 28 detik di Kantor
Presiden, Jakarta, Minggu (27/1). Presiden menyampaikan belasungkawa yang
mendalam atas wafatnya mantan Presiden RI Kedua Haji Muhammad Soeharto.
Jika direnungkah banyak
jasa-jasa besar yang dilakukan Soeharto untuk pembangunan dan perkembangan
Indonesia dimata dunia Internasional, sebagan rakyat yang pernah hidup di zaman
Presiden Soeharto menganggap zaman Soeharto merupakan zaman keemasan ndonesia,
karena harga-harga kebutuhan pokok yang murah dimasa itu yang berbanding
terbalik dengan zaman sekarang ini, pertumbuhan ekonomi yang stabil, Presiden
Soeharto berhasil merubah wajah Indonesia yang awalnya menjadi negara pengimpor
beras menjadi negara swasembada beras dan turut mensejahterahkan petani. Sektor
pembangunan dimasa Presiden Soeharto dianggap paling maju melalui Repelita I
sampai Repelita VI.
Keamanan dan kestabilan
negara yang terjamin serta menciptakan kesadaran nasionalisme yang tinggi pada
masanya. Di bidang kesehatan, upaya meningkatkan kualitas bayi dan masa depan
generasi ini dilakukan melalui program kesehatan di posyandu dan KB, sebuah
upaya yang mengintegrasikan antara program pemerintah dengan kemandirian
masyarakat. Di jamannya, program ini memang sangat populer dan berhasil. Banyak
ibu berhasil dan peduli atas kebutuhan balita mereka di saat paling penting
dalam periode pertumbuhannya. itulah sekelumit jasa-jasa atau prestasi dari
presiden Soeharto meskipun disamping jasa-jasanya tersebut banyak juga
kegagalan di pemerintahannya seperti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di masanya,
pembangunan yang tidak merata antara pusat dan daerah sehingga memunculkan
kecemburuan dari daerah seperti Papua.
Dari banyaknya jasa
presiden Soeharto tersebut sehingga banyyak yang mengusulkan Soeharto sebagai
pahlawan nasional Indonesia. Terlepas dari sejumlah pihak yang masih
mempermasalahkan sejumlah kasus hukum Soeharto, fakta di dalam sejarah
Indonesia menunjukkan bahwa Soeharto memiliki jasa besar kepada Indonesia.
“Perjuangan Soeharto untuk Indonesia yang tercatat dalam buku sejarah bangsa
ini, antara lain, pada masa revolusi fisik antara 1945 hingga 1949,
pascarevolusi fisik antara 1962 hingga 1967 dan masa kepemimpinannya sebagai
presiden
Sosok Soeharto masih
menjadi kontroversi hingga saat ini. Rakyat kecil mengingatnya sebagai pahlawan
yang menyediakan bensin murah dan beras yang bisa dijangkau. Mereka yang ketika
itu tak bersentuhan dengan politik dan pergerakan, akan langsung mengangguk
setuju jika ditanya zaman Soeharto lebih enak. Polemik soal gelar pahlawan bagi
Soeharto pun masih penuh perdebatan. Sebagian setuju, sebagian menolak
mentah-mentah. Sebagian menganggap Soeharto pahlawan pembangunan dan penyelamat
Pancasila. Sebagian lagi menganggap Soeharto berlumuran darah atas berbagai
aksi pembantaian selama peralihan Orde Lama ke Orde Baru dan seterusnya. Itulah
artikel mengenai biografi presiden soeharto semoga bisa menjadi referensi dan
juga sebagai bahan pelajaran bagi pembaca sekalian.